SURYA.CO.ID, PONOROGO – Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA) bersama Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) membantu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo dalam menurunkan angka stunting dan eliminasi TBC

“TBC adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh kuman, TBC bukan penyakit keturunan dan bukan penyakit kutukan. TBC bisa dicegah dan bisa diobati asal berobat teratur hingga dinyatakan sembuh oleh petugas kesehatan ”‘ujar staf Program SSR Yabhysa Ponorogo, Minuk Suhartini SE, Jumat (7/3/2023)

Penyakit TBC, kata dia, juga tidak pandang bulu, bisa menular kepada siapa pun. Orang tua, muda, anak maupun bayi sehingga semua bisa terkena TBC. Dan TBC tidak hanya menyerang paru-paru tapi bisa menyerang seluruh organ tubuh manusia .

“Saat ini pemerintah sedang gencar-gencarnya untuk melakukan Upaya Penurunan Angka Stunting dan Eliminasi TBC 2030 mendatang,” kata Minuk kepada SURYA.CO.ID.

Sehingga YABHYSA hadir membantu pemerintah dalam rangka eliminasi TBC.

Dia menjelaskan YABHYSA hadir menguatkan kapasitas dan peran komunitas dalam program pencegahan dan penanggulanganTBC.

“Caranya adalah menyebar luaskan informasi tentang TBC tentang bahayanya, tentang pengobatannya dan tentang pemberian TPT (Terapi Pencegahan Tuberkulosis) pada kontak serumah dengan pasien TBC sebagai bagian dari kegiatan penemuan kasus dan pendampingan di setiap wilayah,” terangnya.

Menurut Minuk, juga telah melakukan gerebek TBC di wilayah Puskesmas Kunti kecamatan Sampung selama satu minggu (14-21 Maret 2023). Hasilnya, ditemukan 223 terduga TBC dan setelah 223 terduga yang diperiksa dahaknya, 5 orang positif TBC.

Selain memberikan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) kepada 20 Balita Stunting penderita TBC, diberikan juga 10 paket PMT untuk penderita TBC dhuafa di Kunti Sampung, Pulung ,Kesugihan ,Siman dan Ponorogo.

Selain itu, sebagai bentuk apresiasi kepada kader, di mana para kader ini tetap berkeliling mencari terduga TBC meskipun dalam kondisi berpuasa di bulan Ramadan, juga diberikan voucher belanja takjil kepada semua kader aktif.

“Juga kemarin kami menggandeng IIDI Ponorogo melakukan gerakan Pemberian Makanan Tambahan Pada Balita Stunting Yang Terkena TBC. yang mana ada 20 balita yang mendapatan PMT dan uang saku. Pemberian PMT ini akan berlanjut sampai 3 bulan ke depan,” bebernya.

Kegiatan lainya, adalah bekera sama dengan TP PKK Kabupaten Ponorogo dan Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo untuk melakukan screening TBC di Posyandu Balita dan Posyandu Lansia di seluruh desa dan kelurahan di Kabupaten Ponorogo.

Hal ini, lanjut Minuk, kami lakukan karena keduanya adalah orang yang berisiko kena TBC ( anak-anak dan lansia)

“Peran Rumah Sakit Umum Aisyiyah (RSUA) Ponorogo sangat besar dalam penemuan kasus TBC anak. Karena, RSUA Ponorogo memberikan pelayanan secara cuma-cuma kepada terduga TBC anak yang dirujuk oleh Kader TBC Yabhysa. Selain itu juga pemeriksaan gratis utk TBC extra paru dengan pemeriksaan FNAB dan juga pemeriksaan rongent gratis untuk terduga yang hasil pemeriksaan dahaknya negatif, namun secara klinis mengarah ke TBC,” Minukmemaparkan.

Untuk sekedar diketahui, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Global Tuberculosis Report 2022 menyatakan, bahwa tuberkulosis (TBC) masih menjadi salah satu ancaman kesehatan dunia.

Indonesia, menempati peringkat kedua sebagai negara dengan beban TBC tertinggi di dunia setelah India.

Diperkirakan terdapat 562.049 penduduk Indonesia menderita TBC. Dengan jumlah 92.700 orang meninggal akibat TBC atau sekitar 11 orang meninggal akibat TBC per jamnya.



Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Hari Tuberkulosis Sedunia 2023, YABHYSA dan IIDI Bantu PMT Balita Stunting Penderita TBC di Ponorogo, https://surabaya.tribunnews.com/2023/04/07/hari-tuberkulosis-sedunia-2023-yabhysa-dan-iidi-bantu-pmt-balita-stunting-penderita-tbc-di-ponorogo.
Penulis: Pramita Kusumaningrum | Editor: Cak Sur